Minggu, 04 April 2010

PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANTARA FAZLURRAHMAN DAN HASAN LANGGULUNG SERTA RELEFANSINYA DALAM PENDIDIKAN SEKARANG


Pada dasarnya pemikiran pendidikan antara Fazlurrahman dan pendidikan Hasan Langgulung memiliki persamaan pada titik fondasi filosifisnya, yaitu Al-Quran, pandangan bahwa Islam adalah agama yang mempu memberi dasar fondasi untuk pembentukan manusia sempurna dan pembentukan tatanan masyarakat ideal. Selain itu kedua tokoh tersebut berangkat dari satu pembacaan realitas empirik umat Islam yang sedang mengalami keterpurukan baik pada aspek ekonomi, sosial, intelekthual dll.

Tujuan utama atau akhir (ultimate aim) pendidikan Islam menurut Hasan Langulung adalah pembentukan pribadi Khalifah bagi anak didik yang memilki fitroh, roh, dan jasmani, sedangkan dalam pandangan Fazlur Rahman pendidikan Islam bertujuan untuk memenuhi kewajiaban terhadap Allah dan Rosul-Nya serta tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Jika ditilik secara cermat bahwa kedua tokoh tersebut memimilki kesinambungan pemikiran tentang tujuan pendidikan Islam, bahwa pandangan Hasan Langulung masih terlalu abstrak dalam artian perlu adanya penjabaran tentang peran Khalifahan dimuka bumi dengan keseimbangan fitroh, roh dan jasmani. Sedangkan pandangan Fazlurrahman langsung menukik terkait kewajian manusia terhadap sang Khalik dan Rosul dengan tujuan untuk kebahagiaan dunia dan akherat.

Karena Hasan Langulung merupakan spesifik pakar pendidikan maka pemikiran-pemikirannnya tentang pendidikan juga dirumuskan hingga pada tataran aspek oprasional, jadi bukan hanya ide-ide besar tapi juga berusaha untuk mengkalifikasikan secara rigid oprasional pada lembaga pendidikan. Dan itulah yang membedakan dengan Fazlur Rahman sebagai pemikir terkemuka tentang Islamic Studies maka pandangan dan kontribusinya pada pendidikan Islam hanyalah sebatas pada ide-ide besar terkait untuk memperbaiki intelektualisme Islam yang mengalami kemunduran, sehingga gagasan-gagasannya tentang pendidikan tidak terumuskan secara oprasional praktis sehingga butuh pengembangan secara mendalam oleh para pakar pendidikan.

Kedua tokoh tersebut memilki satu keinginan besar untuk membangkitkan Islam dari kemunduran paradaban, dan keduanya memahami secara seksama bahwa pendidikan adalah salah satu instrumen yang strategis dalam rangka menghilangkan keterpurukan yang dialami oleh umat Islam. Dalam kaitan tentang muatan materi yang ada kedua tokoh tersebut tidak memilah-milah mana yang ilmu umum dan ilmu agama sehingga menginginkan satu pandangan keilmuan yang menyeluruh baik kebenaran yang berangkat dari agama, akal maupaun penelitian secara ilmiah (observasi).

Jika ditilik kembali pemikiran kedua tokoh tersebut akan memilki relevansi yang cukup signifikan terutama untuk mengangkat derajat kaum muslim dari keterpurukan di era global. Pendidikan menjadi alat untuk penyedaran dan secara moral, intelektual maupun pandangan keduniaan. Ditengah kemunduran peradaban Barat pada titik krisis yang sedang melanda, ada harapan besar bahwa dengan kemampuan pengetahuan yang kompeten dibarengi dengan moralitas dan keyakinan pada nilai-nilai universalitas kemanusiaan, bisa dipastikan sebenarnya umat Islam memilki sumber kekayaan pada tataran nilai ideal juga uapaya untuk mengoprasionalkan pada kehidupan nyata. Dan dari dunia pendidikanlah nilai-nilai Islam berwawasan kemanusiaan mampu diinternalisasiokan kepada peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jawab dengan hati nurani